Kanvas Kehidupan
Berisi tentang cerita yang terjadi dalam kehidupan penulis, pa yang penulis rasa tercurah semuanya disini.
Kamis, 02 Mei 2013
Tentangnya Kanvas Lusuh Part 4
26 april 2013 (pagi)
“Doaku
pada tuhan, ''berilah kbhghaan org yg slalu trsenyum padaku.
Tuhan, jaga juga hatinya, sprti aku menjaganya.
agar dia tak rasakan sakit dan kecewa, oleh perkataan atau penghianatan.,.
maaf saudariku, aksaramu baru trsapa pagi ini..
Tuhan, jaga juga hatinya, sprti aku menjaganya.
agar dia tak rasakan sakit dan kecewa, oleh perkataan atau penghianatan.,.
maaf saudariku, aksaramu baru trsapa pagi ini..
Slamat pagi....”
Pagi ini dia membukanya dengan sebuah harapan dan doa pada sang ilahi,
tentang apa yang dia inginkan dan harapan, tentang bagaimana dia menjalani
hidup.
“Semoga
alloh menjawab doamu wahai adam...
Pagi ini indah, tpi aku tak mampu beraktifitas seperti biasa...
Harusnya aku bisa bercanda dengan peserta didik yang selalu buatku tertawa lepas tapi skarang tidak....
Aku terbaring tak kuasa....
Melemah dan tak berdaya....
Pagi ini indah, tpi aku tak mampu beraktifitas seperti biasa...
Harusnya aku bisa bercanda dengan peserta didik yang selalu buatku tertawa lepas tapi skarang tidak....
Aku terbaring tak kuasa....
Melemah dan tak berdaya....
Pagi indah bersenandung ria wahai adam ku...”
Aku pun menyambutnya denngan ria, selalu dengan senyuman, mank pada
dasarnya aku orang yang periang, tapi banyak ngeluh. Dan dia salah satu
tempatku mengeluh dari setiap apa yang terjadi pada ku.
“Cepet
sembuh dan segera
kembali pada rutinitasmu..
Aaaach...
Aku kembali tak bisa bersnandung..
Karna apa yg mnimpamu, kurasakan jua.
Dinda...
Engkau dekat tp tak trsentuh, jauh tetap trdengar.
Mungkin ini krna . . . .
Ai sudahlah...
Harus sabar dan kuat ya..
Aaaach...
Aku kembali tak bisa bersnandung..
Karna apa yg mnimpamu, kurasakan jua.
Dinda...
Engkau dekat tp tak trsentuh, jauh tetap trdengar.
Mungkin ini krna . . . .
Ai sudahlah...
Harus sabar dan kuat ya..
Aku lbh cmas krna tak bisa brbuat apa'' skedar
do'a, yg mungkin tak brarti apa''..”
Aku bersyukur mendapatkan temanyang benar-benar mengerti aku, dia selalu
ada dengan ku, aku merasakan kenyamanan dengannya.
“Tak
apa, ini ujian dari tuhan untuk ku....
Waaahhh.... Aku tak bs berkata-kata lgi ni.....”
Waaahhh.... Aku tak bs berkata-kata lgi ni.....”
Lantas dia memuji kedewasaan ku, padahal aku tak merasa seperti orang
dewasa malah aku seperti anak kecil yang sedang merengek. Ntahh lah... hingga
dia akhirnya pamit untuk kembali memeraas
keringatnya.
“Dan
akhirnya aku bnar'' undur diri, sampai sang dzuhur menggema, aku kembali
menyambangimu.
Truntukmu sgala damba yg tak kikis aku imajinasikan...”
26 april 2013 (siang)
Truntukmu sgala damba yg tak kikis aku imajinasikan...”
26 april 2013 (siang)
“Salahkah
aku tuhan...
Salahkah hidup diringkih jiwa yg memagut asa...
Salahkah aku yg tak mampu menahan senja yg berlalu..
Salahkah aku yg tak mengenalnya dengan baik..
Salahkah aku yang tak bisa slalu menyapanya..
Salahkah perasaan yg hadir untuknya..
Salahkah aku jika tak mampu menahan gejolak didalam dada..
Ada bnyak keluhku padamu TUHAN.
Teruntukmu 'juwita kemala jiwa...
Salahkah hidup diringkih jiwa yg memagut asa...
Salahkah aku yg tak mampu menahan senja yg berlalu..
Salahkah aku yg tak mengenalnya dengan baik..
Salahkah aku yang tak bisa slalu menyapanya..
Salahkah perasaan yg hadir untuknya..
Salahkah aku jika tak mampu menahan gejolak didalam dada..
Ada bnyak keluhku padamu TUHAN.
Teruntukmu 'juwita kemala jiwa...
Makan siang peri kecilku.”
Akan seketika terkejut dengan pertanyaan-pertanyaan dalam baris aksaranya,
membelalak lah mataku sedikit tak mengerti. Apa rasa ku sama, apa ini jelas
berbeda? Aku seketika reflek menjawabdalam setiap baris tanya nya, tapi aku pun
tak luput bertanya dalam diri.
“Tak
perlu menyalahkan dirimu sendiri wahai adam pengobat dari pada hari kelam
ku....
Dirimu indah terlukis kata, mewarnai asa merajut jiwa...
Tuhan jawabkan pertanyAanmu lewat waktu yng berjalan....
Keluh mu terada dalam jalannya...
Kesahmu, kan ku obati segores senyum yang mungkin tak berarti...
Tuhan tak akan memberikan jalan seperti ini jika tak ada jawaban dalam genggamannya...
Dirimu indah terlukis kata, mewarnai asa merajut jiwa...
Tuhan jawabkan pertanyAanmu lewat waktu yng berjalan....
Keluh mu terada dalam jalannya...
Kesahmu, kan ku obati segores senyum yang mungkin tak berarti...
Tuhan tak akan memberikan jalan seperti ini jika tak ada jawaban dalam genggamannya...
Siang jua sang adam....” balas ku dalam nyata
“Gesekan
dedaunan bernyanyi lemah..
Dikepung angin basah..
Brsama ulat ulat resah.. Dan airmataku jatuh..
Terkulai dikeringnya tanah..
Sedang engkau adalah kerinduanku..
Rinduku bgai mata pisau, yg kerap kau asah..
Disetiap balas aksara kalimat maya..
Dikepung angin basah..
Brsama ulat ulat resah.. Dan airmataku jatuh..
Terkulai dikeringnya tanah..
Sedang engkau adalah kerinduanku..
Rinduku bgai mata pisau, yg kerap kau asah..
Disetiap balas aksara kalimat maya..
Disela kesibukanku, kusempatkan brbalas
aksara..
Smoga kau slalu brkenan, meski rinduku berbalas, atau tiada...”
Smoga kau slalu brkenan, meski rinduku berbalas, atau tiada...”
“mungkin
aku tak bisa merasakan rindu mu yang selalu tertulis dalam aksara mu, tapi
jiwaku tau apa arti dari aksaramu itu...
meski tergores lirih tapi aku bersenandung ria atas aksaramu...
rindumu telah diperdengarkan oleh nyanyian angin yang bergemuruh dalam lingkunganku...
dan rindumu, telah menyejikan ragaku dengan tetes demi tetes aanugrah tuhan yang disebut hujan...
jangan kau merasa resah wahai adam, aku selalu menunggumu dipersimpangan jalam menuju tempat yang telah ku siapkan...
tempat yang hanya akan aku tunjukan untukmu, wahai adam ku yang ku rindui...”
meski tergores lirih tapi aku bersenandung ria atas aksaramu...
rindumu telah diperdengarkan oleh nyanyian angin yang bergemuruh dalam lingkunganku...
dan rindumu, telah menyejikan ragaku dengan tetes demi tetes aanugrah tuhan yang disebut hujan...
jangan kau merasa resah wahai adam, aku selalu menunggumu dipersimpangan jalam menuju tempat yang telah ku siapkan...
tempat yang hanya akan aku tunjukan untukmu, wahai adam ku yang ku rindui...”
Dalam jawab ku lemparkan sebersit kerinduan yang mendalam atasnya sang
adamlah yang ku inginkan, tapi kita terpisahkan atas kenyataan yang
menyakitkan.
Sabtu, 27 April 2013
Tentangnya Kanvas Lusuh Part III
25 april 2013
“Jika
aku se-indah itu....
Jika kau ingin mencapaiku...
Tutuplah matamu, dan mulai bayangkan aku...
Karna aku punya kehidupan dalam bayangan...”
Jika kau ingin mencapaiku...
Tutuplah matamu, dan mulai bayangkan aku...
Karna aku punya kehidupan dalam bayangan...”
Kini aku kembali
bertoreh tinta dengan syair yang begitu mendayu, bagai pelangi yang mulai tampak
saat hujan reda. Dalam hati tetap bertanya, apa yang terjadi antara aku dan
dia???
“Idzinkan aku membaca bait bait nada ini.
Ada rasa . . . . yang kurasakan..
Ada pilu jg . . . . Yang menggebu..
Namun tak mampu aku ungkapkan,
krna aku sadar engkau jauh dr jangkauan..
Ada rasa . . . . yang kurasakan..
Ada pilu jg . . . . Yang menggebu..
Namun tak mampu aku ungkapkan,
krna aku sadar engkau jauh dr jangkauan..
Adakah kau rasakan..?
Mampukah kau dengarkan..?
Sentuhan lirih penuh kelembutan...
Mampukah kau dengarkan..?
Sentuhan lirih penuh kelembutan...
Adakah cinta dihatimu,
tanyaku pada sang bayu...
Adakah kau rindu padaku, bisikanku pada salju...”
Adakah kau rindu padaku, bisikanku pada salju...”
Balas
nya tanpa ragu, ku baca dan ku mulai mengerti apa yang ingin dia sampaikan pada
ku lewat tulisannya itu.
“Gundah yang kau rasa
mungkin hanya sekedar sebait nada yang
tercipta,
karna nada yang beraga,
syair yang merenda hati
menyembunyikan rahasia hati....”
“Akan kubiarkan rasa .... ini tumbuh..
Tapi akan kutahan bunga rindu ini untukmu..
Tetaplah kau sahabatku, dan rasa ...ku trpendam untukmu..
Tapi akan kutahan bunga rindu ini untukmu..
Tetaplah kau sahabatku, dan rasa ...ku trpendam untukmu..
Mana snyumnya..?”
Dia
mulai bertanya apakah senyum ku akan ada lagi untuknya?? Atau aku akan
menyembunyikan senyumkuuntuknya???
“Senyum ku selalu merekah hanya untuk mu wahai adam dalam
imajinasiku...
Tebaran bunga mu selalu kurasa di bait asmara mu...
Tebaran bunga mu selalu kurasa di bait asmara mu...
Pantaskah aku merindu pada
bayang yang tak bisa ku jamah ntah sampai kapan??
Aku merinduimu adam, dari kata-kata indahmu...
Dari tutur kau merangkai sebuah keindahan..”
Aku merinduimu adam, dari kata-kata indahmu...
Dari tutur kau merangkai sebuah keindahan..”
Jawab ku
yakinkannya untuk tak khawatir akan senyuman ku, aku akan tersenyum untuk orang
yang mampu membuatku berarti.
“Tentangmu 'keindahan ini..
Meski aku buta, akan drimu sbenarnya..
Meski aku tuli, akan suaramu..
Aku nikmati seutuhnya kesemuan ini.
Dinda,,, truslah tersenyum..
Karna aku tau...
Engkau slalu trsenyum, dibalik layar celulermu.
Meski simpul...
Meski lirih...
Meski kebutaanku tak menjamahnya..
Aku bahagia seutuhnya..”
Meski aku buta, akan drimu sbenarnya..
Meski aku tuli, akan suaramu..
Aku nikmati seutuhnya kesemuan ini.
Dinda,,, truslah tersenyum..
Karna aku tau...
Engkau slalu trsenyum, dibalik layar celulermu.
Meski simpul...
Meski lirih...
Meski kebutaanku tak menjamahnya..
Aku bahagia seutuhnya..”
“Simpul
terindahku terus ku titip kan lewat semilir angin....
Sehingga memungkinkan tuk menjamah mu dengan kesejukannya....”
Sehingga memungkinkan tuk menjamah mu dengan kesejukannya....”
Akhir
dari sebuah cerita di hari yang mulai berseri meski gelap malam menghampiri,
dan terenyuh hati tuk menunggu apa yang akan dia tuliskan lagi untuk ku dihari
esok.
Jumat, 26 April 2013
Tentangnya Kanvas Lusuh Part II
24 april 2013
“hey,,, Kangen akzaramu, maaf klo masuk lewat inbox...”
setelah beberapa lama aku tak sesautu yang aneh di jejaring sosialku, kini aku
dikejutkan lagi oleh satu pesan khusus yang tertulis langsung di inbox facebook
ku dari dia si Kanvas Lusuh sang pesair handal.
Lantas
akupun sesegera mungkin membalas pesannya, “Ƴɑ̤̥̈̊ gapapa... "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ ƗƗɐƗƗɐƗƗɐ "̮ padahalkan aksara ku ƍąќ terlalu bguus” fikirku tak habis
karna pengakuannya.lantas itu pun tak hanya sampai disana karena percakapan
khusus pun berlangsung, ntahh lah mu sampai kapan tapi akhornya aku tau siapa
dia dari mana asalnya dan apa profesinya. Disini aku tak tak akan menjelaskan
soal itu, biarlah itu mennjadi rahasia untuk ku sendiri. Dan satu hal yang aku
tau, dia menyukai senyuman ku meski hanya lewat goresan atau emotion dari
aplikasi ponsel ku.
dewi...
Engkau datang dgn menari..
Trsnyum simpul seperti 'dewi
putih bersih cahaya membayang...
Trkadang sejurus terkilat kitat..
Tapi jauh tak trcapai tangan..
Engkau datang dgn menari..
Trsnyum simpul seperti 'dewi
putih bersih cahaya membayang...
Trkadang sejurus terkilat kitat..
Tapi jauh tak trcapai tangan..
Aaach... aku kembali
trsadar...
Kalau engkau damba dlm dunia maya...
Kalau engkau damba dlm dunia maya...
Pesan
terakhir tertinggal di hari ini....
Tentangnya Kanvas Lusuh Part I
22 april
2013
Tepat hari itu ponsel ku berdering satu kali, sempat
menoleh tapi tak terlalu ku tanggapi kembali aku dengan kesibukan aktifitassku
yang tak terlalu padat sampai akhirnya aktifitasku terhenti karna waktu yang
sudah hampir malam datang. Ku rebahkan badan ku dalam pembaringan yang selalu
aku rindukan, di sepetak kamar kost ku. Aku mulai iseng mengotak-ngatik ponsel
ku hingga aku tersadar aku melewatkan satu pesan yang belum sempat aku baca dan
ku balas, ntah dari siapa aku pun tak tahu.
“Terimakasih
saya sudah tidak bisa menulis lagi.... Telah habis kutebas, kias blantara
pena... tentang aksara hebat, lebat merambat... Mengenai cinta, asa dan
warta...”
Seketika
aku teringat akan balasan pesan di salah satu jejaring sosial yang aku miliki,
sempat disela waktu iseng ku aku menyempatkan diri mengomentari sebuah status
milik teman ku yang bernama Nugraha Kanvas Lusuh. Komentarku sebelum
dibalas “Berbahagialah ketika kesedihan menghampirimu kawan, dan bersedihlah
ketika kebahagiaan datang...
Bersedih itu bukan dimana kita kalah atas keadaan, τǎρ¡ justru kita menang atas 1 kesempatan...”
Bersedih itu bukan dimana kita kalah atas keadaan, τǎρ¡ justru kita menang atas 1 kesempatan...”
Aku tak pernah berfikir hal itu akan terus berlanjut, aku
hanya mengikuti alur seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir.
“Maksudnya
ƍąќ
bisa nulis lgi apa??
Masih tertata belantara indah yang belum terjamah oleh kita...” balas ku dengan bertanya-tanya
Masih tertata belantara indah yang belum terjamah oleh kita...” balas ku dengan bertanya-tanya
“Menulis akzara, tuk menjawab kalimatmu... Sedang jawabmu,,.? Misteri yg harus aku selami... Aaaaach..
Aku sprti mimpi,..”
“Tak perlu
beranggapan serius, dunia menunggu kita tuk menyelaminya...”
jawabku menjadi penutup dari sebuah percakapan kecil...
Langganan:
Postingan (Atom)